Refleksi Hari Lahir Pancasila 1 Juni 2025: Meneguhkan Komitmen Kebangsaan dan Peran Pemuda di Tengah Dinamika Zaman

Table of Contents+

Surabaya, IPNU Jatim

Delapan puluh tahun telah berlalu sejak Pancasila pertama kali disampaikan oleh Bung Karno dalam sidang BPUPKI pada 1 Juni 1945. Sejak saat itu, Pancasila tidak hanya menjadi dasar negara, tetapi juga ruh dan arah perjuangan bangsa Indonesia dalam menjaga persatuan dan keberagaman di tengah dinamika zaman.

Memperingati Hari Lahir Pancasila pada 1 Juni 2025 ini menjadi momentum penting untuk merefleksikan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam lima sila tersebut. Di tengah arus globalisasi, krisis iklim, disrupsi teknologi, dan menguatnya politik identitas, Pancasila tetap hadir sebagai suluh penerang dan pedoman moral kehidupan berbangsa dan bernegara.

Wakil Bendahara Pimpinan Wilayah Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (PW IPNU) Jawa Timur, M. Afifuddin, menyampaikan bahwa Hari Lahir Pancasila bukan sekadar peringatan seremonial. Lebih dari itu, merupakan ajakan untuk kembali meneguhkan jati diri bangsa Indonesia yang berlandaskan nilai-nilai luhur Pancasila.

“Pancasila bukan hanya untuk dihafal, tetapi diamalkan dan dihidupi. Khususnya oleh generasi muda yang akan menjadi pemegang estafet kepemimpinan di masa depan. Mereka harus menjadi pelaku sejarah yang membawa bangsa ini ke arah yang lebih beradab, adil, dan sejahtera,” ujarnya.

Menurut Afifuddin, tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini sangat kompleks, mulai dari polarisasi sosial, penyebaran hoaks, hingga krisis moral. Dalam kondisi demikian, Pancasila harus menjadi pegangan nilai dan fondasi karakter.

PC IPNU-IPPNU Lumajang Resmi Dilantik, PW Jatim: Lumajang Miliki Potensi Kader Besar dan Militan

“IPNU sebagai organisasi pelajar Nahdlatul Ulama berkomitmen memperkuat pemahaman ideologi Pancasila melalui kaderisasi, diskusi kebangsaan, hingga program literasi digital yang sehat. Kami ingin melahirkan pelajar yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga matang secara spiritual, emosional, dan kebangsaan,” tambahnya.

Ia juga menekankan bahwa menjaga keutuhan bangsa tidak cukup hanya pada aspek teritorial, tetapi juga pada dimensi ideologi dan sosial. Peran aktif pemuda dalam menanamkan nilai kemanusiaan, keadilan sosial, serta semangat gotong royong sangat dibutuhkan di tengah derasnya arus individualisme dan intoleransi.

“Pancasila harus kita hidupkan di ruang-ruang digital, di media sosial yang saat ini menjadi ruang interaksi utama anak muda. Jangan sampai ruang tersebut dipenuhi oleh narasi kebencian dan ujaran intoleransi. Ini adalah tugas moral kita bersama,” tegasnya.

Peringatan Hari Lahir Pancasila tahun ini di Jawa Timur diisi dengan berbagai kegiatan edukatif dan sosial. Mulai dari diskusi kebangsaan, bakti sosial di pesantren dan sekolah, hingga gerakan literasi Pancasila yang melibatkan pelajar lintas organisasi dan agama.

Dengan mengusung tema nasional “Pancasila Jiwa Pemersatu Bangsa Menuju Indonesia Emas 2045”, peringatan ini diharapkan mampu menjadi titik tolak pemantapan komitmen kebangsaan dalam menyongsong satu abad Indonesia pada tahun 2045 mendatang.

Bangkitkan Kaderisasi, IPNU IPPNU Larangan Badung Gelar Makesta

Pancasila bukan sekadar lambang negara. Ia adalah napas kehidupan bangsa. Di dalam setiap tantangan zaman, Pancasila hadir sebagai arah dan pegangan. Kini, amanat sejarah itu berpindah ke pundak generasi muda—yang dituntut tidak hanya untuk mengagumi warisan para pendiri bangsa, tetapi meneruskannya dengan penuh kesungguhan dan penghayatan.

Editor : Robet Asrar