IPNU Jatim Siapkan Pola Pelatihan Kontra Radikalisme
Pimpinan Wilayah Ikatan pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Jawa Timur akan menyiapkan pola pelatihan kontra radikalisme untuk membentengi Islam ramah yang berkembang di masyarakat Indonesia.
“Kami memiliki latihan pelatih yang selama ini untuk memperkuat kaderisasi di dalam organisasi, tapi akan kami kembangkan untuk merespon potensi radikalisme akhir-akhir ini,” kata Ketua PW IPNU Jatim Haikal Atiq Zamzamy, di sela peringatan Harlah NU di Kantor PWNU Jatim, Jalan Masjid Al Akbar Timur 9 Surabaya, Selasa (5/5).
Haikal dipercaya memimpin PW IPNU Jatim untuk periode 2015-2018, melalui hasil Konferensi Wilayah (Konferwil) XXI IPNU Jatim di Pasuruan pada 3 Mei 2015. Dalam Konferwil itu, mantanWakil Ketua II bidang kaderisasi PW IPNU periode 2012-2015 itu terpilih setelah mendapatkan 22 suaradari 41 kabupaten/kota, sedangkan calon lainnya, Abdul Rozaq (dari Bangil) meraih 19 suara.
Haikal menjelaskan, kader merupakan motor penggerak utama di dalam IPNU. Menurut dia, IPNU adalah organisasi kader yang memiliki tiga segmen, yakni pelajar, santri, dan mahasiswa. “Tapi kami lebih fokus pada sinergi atau senyawa antara pelajar dan santri, karena kalau mahasiswa lebih mandiri dalam berorganisasi,” kata pria asal Jember ini.
Alumnus UIN SunanAmpel Surabaya ini menyatakan, kaderisasi untuk remaja dalam segmen santri, pelajar, dan mahasiswa akan dioptimalkan pada upaya membentengi segmen-segmen itu dari radikalisasi.
“Melalui latihan pelatih, kami akan menyiapkan pelatih khusus untuk terjun ke sekolah (pelajar ), pesantren (santri), perguruan tinggi (mahasiswa), dan remaja (masjid/mushalla) untuk melakukan pendekatan kultural dalam menangkal radikalisasi,” katanya.
Namun, pelatihan dilakukan untuk segmen-segmen itu akan tetap disesuaikan dengan kebutuhan dan tren dari segmen-semen itu, sehingga pendekatan kepada segmen-segmen itu akan melalui instrumen analisa kebutuhan.
Selain pelatihan pelatih yang akan dikhususkan memperkuat Islam ramah itu, IPNU Jatim juga akan mengantisipasi perkembangan eksternal yang tidak kalah “sadis” dari radikalisme, yakni narkoba, pergaulan bebas, minuman keras, ketidakjujuran (korupsi), dansebagainya.
“Untuk perkembangan eksternal itu, kami juga menaruh perhatian, karena kondisi merusak segmen yang menjadi sasaran IPNU. Untuk itu, kami akan menjalin kerja sama dengan BNN, BKKBN, Disperindag, BPK, KPK, dan media massa. Dengan KPI dan KPU, kami melakukan pendidikan pemirsa televisi dan pemilih pemula yang cerdas,” pungkasnya. (Abdul Hady JM/Mahbib)